Rhabdovirus
berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang
dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus
yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies merupakan infeksi akut dari
susunan saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia melalui
gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies.
Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera,
dan kelelawar.
2.1
Klasifikasi
Order : Mononegavirales
Famili : Rhabdoviridae
Genom : Lyssavirus
Spesies : Rhabdovirus
(Virus Rabies)
Sumber: www.mikrobia.files.wordpress.com/2008
2.2
Sifat Virus
Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia.
a.
Sifat fisik
o
Pemanasan pada suhu 60°C selama 5 menit
akan mematikan virus
o
Virus akan mati bila kena sinar
ultraviolet
o
Cepat mati bila berada diluar jaringan
hidup
o
Pada suhu -4°C virus dapat bertahan
hidup sampai berbulan-bulan.
b.
Sifat Kimia :
o
Dapat diinaktifkan dengan β-propiolakton,
phenol, halidol azirin, zat pelarut lemak, dll
o
Tahan hidup beberapa minggu di dalam
glycerin pada suhu kamar
o
Virus rabies bila disimpan di dalam
larutan glycerin pekat pada suhu kamar, dapat bertahan berminggu-minggu.
o
Pada glycerin 10% virus akan cepat mati
o
Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak
seperti air sabun, detergent, chloroform, ether dll.
2.3
Tipe Virus Rabies
Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe, yaitu :
§ Tipe
1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe
§ Tipe
2 : Strain lagos sebagai prototipe
§ Tipe
3 : Strain Mokola sebagai prototype
§ Tipe
4 : Strain Duvenhage
§ Tipe
5 : European bat lyssavirus
§ Tipe
6 : Australian bat lyssavirus
2.4
Siklus Hidup
Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel
pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri
glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai
reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus
dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam
sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah
transkripsi dan translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase RNA
terkait, virion menjadi lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menyandi untuk
lima protein virion. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif
yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan. RNA genomik berhubungan dengan transkriptase
virus, fosfoprotein dan nukleoprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk
peluru mendapatkan selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma.
Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara glikoprotein
virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel
lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang baru. Setelah
itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang
lainnya.Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam
sitoplasma.
Virus
rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan
kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai
ke susunan saraf pusat. Virus membelah diri disini dan kemudian menyebar melalui
saraf tepi ke kelenjar ludah dan jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa
inkubasinya bergantung pada latar belakang genetik inang, strain virus yang terlibat,
konsentrasi reseptor virus pada sel inang, jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan
jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan
saraf pusat. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang
lebih pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.
Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik
spesifik, badan Negri, dalam sel saraf yang terinfeksi. Adanya inklusi seperti
ini bersifat patognomonik rabies tetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20%
kasus. Karena itu, tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis
rabies. Virus rabies memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan
infiltrat dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat
lain.
2.5
Patogenesis
Modus yang
paling umum penularan pada manusia adalah dengan gigitan hewan rabies atau
kontaminasi luka awal oleh virus terinfeksi air liur. Namun, rute lainnya
telah terlibat di masa lalu, seperti melalui selaput lendir mulut, konjungtiva,
anus dan alat kelamin. Infeksi oleh transmisi aerosol telah ditunjukkan
pada hewan percobaan dan telah terlibat dalam infeksi pada manusia di gua-gua
yang terinfeksi rabies kelelawar dan dalam kecelakaan beberapa
laboratorium. Manusia untuk transmisi manusia oleh transplantasi kornea
terinfeksi dilaporkan dalam 5 kasus. Rabies adalah infeksi akut dari sistem
syaraf pusat yang hampir selalu berakibat fatal. Virus ini mirip dengan
VSV ternak. Setelah inokulasi, virus bereplikasi pada jaringan lurik atau
ikat pada tempat inokulasi dan memasuki saraf perifer melalui sambungan
neuromuskuler. Hal ini kemudian menyebar ke sistem syaraf pusat di
endoneurium sel Schwann. Mematikan, ada tersebar luas sistem syaraf pusat
keterlibatannya, namun beberapa neuron yang terinfeksi virus menunjukkan
kelainan struktural. Sifat gangguan mendalam masih belum dipahami.
2.6
Gejala Rabies
2.6.1
Pada Hewan
Gejala dan tanda
rabies pada hewan ada 2 (dua) tipe yaitu :
a.
Tipe ganas terdiri dari stadium
prodromal, eksitasi dan paralise
1.
Stadium prodromal (2-3 hari), gejala :
malaise, tidak mau makan, agak <>, demam sub fibris,
reflek kornea menurun. Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi
dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata melebar dan sikap tubuh kaku
(tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal
dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa.
2.
Stadium eksitasi (3-7 hari), gejala :
reaktif dengan menyerang dan menggigit benda bergerak, pica (memakan berbagai
benda termasuk tinjanya sendiri), lupa pulang, strabismus, ejakulasi spontan.
Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan
barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan
tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3.
Stadium paralis, gejala : ekor jatuh,
mandibula jatuh, lidah keluar, saliva (ludah) berhamburan, kaki belakang
terseret. Pada stadium ini sangat singkat dan biasanya diikuti dengan kematian
hewan tersebut.
b.
Tipe Jinak (dumb), umumnya stadium ini muncul
setelah stadium paralisis, anjing ini terlihat diam, berpenampilan tenang namun
akan ganas kalau didekati. Gejala dan tanda penderita rabies pada manusia yaitu
demam, mual, rasa nyeri di tenggorokan, keresahan, takut air (hydrophobia),
takut cahaya, liur yang berlebihan (hipersaliva).
2.6.2
Pada Manusia
·
Diawali dengan demam ringan atau sedang,
sakit kepala, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan
perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri
berdenyut).
·
Rasa takut yang sangat pada air, dan
peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
·
Air liur dan air mata keluar berlebihan.
·
Pupil mata membesar.
·
Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak
dan nampak kesakitan.
·
Selanjutnya ditandai dengan
kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia
2.7
Diagnosis Rabies
Diagnosis rabies
pada manusia dan hewan dapat dibuat dengan 4 metode: (1) histopatologi (2) Kultur
virus (3) Serologi (4) deteksi virus antigen. Meskipun masing-masing dari
3 metode pertama memiliki keunggulan yang berbeda, tidak memberikan diagnosis
definitif yang cepat.
- Histopatologi -
Negri bodies merupakan ciri khas virus rabies. Namun, Negri bodies hanya hadir dalam 71% kasus.
- Kultur
virus - Cara yang paling definitif diagnosis
adalah dengan budidaya virus dari jaringan yang terinfeksi. Kultur
jaringan , seperti WI-38, BHK-21, atau CER. Sejak virus rabies
menginduksi CPE minimal, jika secara rutin digunakan untuk mendeteksi
keberadaan Ag virus rabies dalam kultur jaringan. Metode yang lebih
umum digunakan untuk isolasi virus adalah dengan inokulasi air liur,
jaringan kelenjar ludah dan jaringan otak intracerebrally ke tikus
bayi. Tikus harus mengalami kelumpuhan dan kematian dalam waktu 28
hari. Setelah kematian, otak diperiksa untuk keberadaan virus dengan imunofluoresensi.
- Serologi -
antibodi beredar dan muncul
perlahan dalam perjalanan infeksi tetapi mereka biasanya hadir pada saat
timbulnya gejala klinis. Tes serologi yang paling sering digunakan
adalah uji netralisasi infeksi tikus (MNT) atau rapid fluorescent
focus inhibition test (RFFIT). Serologi telah dilaporkan
menjadi metode yang paling berguna untuk diagnosis rabies.
- Rapid
Virus Antigen Detection - dalam beberapa tahun
terakhir, deteksi virus antigen banyak digunakan. Jaringan yang berpotensi
terinfeksi diinkubasi dengan antibodi berlabel fluorescein. Sel-sel
diperiksa dengan mikroskop fluoresen untuk melihat inklusi flourescent intrasitoplasma .
- 2.8 Vaksin Rabies.
1.
Vaksin sel diploid manusia (HDCV)
Untuk
mendapatkan suspensi virus rabies bebas dari protein asing dan susunan saraf
pusat, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam jalur sel fibroblas normal manusia
WI-38. Sediaan virus rabies dipekatkan melalui ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan
β-propiolakton. Bahan ini cukup antigenik sehingga hanya perlu diberikan lima
dosis HDCV untuk mendapatkan respons antibodi substansial pada sebagian besar
resipien. Reaksi lokal (eritema, gatal, bengkak pada tempat suntikan) terjadi pada
30-70% resipien, dan reaksi sistemik ringan (sakit kepala, mual, mialgia, pusing)
terjadi pada sekitar seperlima resipien. Tidak dilaporkan adanya reaksi anafilaktik,
neuroparalitik, atau ensefalitik yang serius. Vaksin ini telah digunakan di Amerika
Serikat sejak tahun 1980.
Berdasarkan
atas jaringan asalnya, HDCV terdiri atas:
a. Nerve tissue vaccine
(NTV)
NTV
adalah vaksin yang terbuat dari jaringan saraf melalui vaksin yang berasal dari
otah hewan dewasa seperti kelinci, kambing, domba, kera dan tikus; dan vaksin
yang berasal dari otak bayi mencit.
b. Non-nerve tissue
vaccine
Merupakan
vaksin yang terbuat dari jaringan bukan saraf, yang meliputi vaksin yang
berasal dari telur itik bertunas serta Tissue Culture Vaccine (TCV) yang merpakan
vaksin yang terbuat dari biakan jaringan.
Tissue
Culture Vaccine (TCV)
Cara
ini mulai ditemukan pertama kali oleh Kissling dkk. pada tahun 1963 dengan menanam
virus rabies strain CVS 11 pada biakan jaringan ginjal hamster, kemudian
sekitar tahun 1964 Wiktor, Fernandes dan Koprowski mulai mencoba menanam virus
rabies dari barbagai suku virus fike seperti CVS, Flury HEP, Pyttman Moore dan
lain-lain pada kultur dari human diploid cell tipe WI-38. Pada garis besarnya
TCV ini bila ditinjau dari kegunaannya terdiri atas:
1. Untuk pencegahan
sebelum digigit anjing (pre-exposure)
a. Vaksinisasi
pencegahan terhadap kemungkinan rabies, diberikan pada mereka yang karena
tugasnya berhubungan dengan hewan ternak atau hewan percobaan, misalnya dokter
hewan, ahli bologi, petugas karantina, petugas pada kandang hewan percobaan,
petugas rumah gotong dan lain-lain,
terutama pada daerah endemis rabies.
b. Pada
anak-anak dapat juga diberikan vaksinasi pencegahan oleh karena resiko tertular
virus rabies secara statistik besar sekali.
2. Untuk pengobatan
setelah digigit (post-exposure)
Gunakanlah
rekomendasi WHO jika ada kemungkinan ditulari dengan virus rabies.
Cara
pemakaian:
Dengan
menggunakan jarum besar, vaksin beku-kering yang tersedia dilarutkan dalam
botolnya dengan 1 ml pelarut khusus yang ada di dalam disposible syringe yang
tersedia dalam kemasan. Kocok perlahan-lahan kemudian isap kembali seluruhnya
(dosis untuk orang dewasa). Kemudian vaksin rabies tersebut disuntikan secara
subkutan atau secara intra-muskuler dengan menggunakan jarum kecil. Vaksin
beku-kering ini berwarna putih kelabu tapi setelah dilarutkan berwarna merah
jambu.
2.
Vaksin Rabies Absorpsi (RVA)
Vaksin
yang dibuat dalam jalur sel diploid yang berasal dari sel paru janin monyet resus
telah diijinkan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Vaksin virus diinaktivasi dengan
β-propiolakton dan dipekatkan melalui adsorpsi terhadap fosfat alumunium. Vaksin
HDCV dan RVA cukup manjur dan aman.
3.
Vaksin Jaringan Saraf
Vaksin
ini dibuat dari otak domba, kambing, atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di
banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini menyebabkan
sensitisasi terhadap jaringan saraf dan menyebabkan ensefalitis pascavaksinisasi
(suatu penyakit alergik) dengan frekuensi yang tinggi (0,05%). Vaksin ini tidak
digunakan di AS selama beberapa dasawarsa. Perkiraan keberhasilannya pada orang
yang digigit oleh hewan rabies bervariasi dari 5% hingga 50%.
4.
Vaksin Embrio Bebek
Vaksin
ini dikembangkan untuk mengurangi masalah ensefalitis pascavaksinasi. Virus
rabies ditumbuhkan dalam telur bebek terembrionasi, tetapi kepala diangkat sebelum
vaksin disiapkan, dengan tujuan untuk mengeluarkan jaringan saraf dan menghindari
ensefalitis alergi. Secara teratur vaksin ini menimbulkan reaksi setempat dan
reaksi sistemik (demam, malaise, mialgia) pada sepertiga resipien. Reaksi neuroparalitik
(<0,001%) dan anafilaktik (<1%), jarang terjadi, tetapi antigenitas vaksin
rendah. Karena itu harus diberikan banyak dosis (16-25) untuk menimbulkan respon
antibodi pascapemaparan yang memuaskan. Vaksin ini digunakan di AS di masa lalu
tetapi sekarang tidak lagi digunakan.
5.
Virus hidup dilemahkan
Virus
hidup dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh dalam embrio ayam (contohnya,
strain Flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadang-kadang,
vaksin seperti ini dapat menyebabkan kematian akibat rabies pada kucing atau
anjing yang disuntikan. Virus rabies yang ditumbuhkan pada berbagai biakan sel
hewan juga telah digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan.
1 komentar:
The emergence of modern mobile phone in the iTunes store.
While analog empire four kingdoms hack NTSC may
have. In todays date, we can download it levels the playing field for large and small level
businesses are trying to give their best each
time. The level gets harder when you do
that, almost each individual is running through a short registration process.
She had written many articles about hair care, knitting, and
Java.
Also visit my weblog; empire four kingdoms cheats
Posting Komentar