Rabu, 13 April 2011

Makalah Diptera " Golongan Lalat"

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah, perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, ginjal, tikus dan lain-lain), serta perilaku masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.

Masih banyak kita temui pedagang yang sengaja menjajakan makanan dalam keadaan terbuka lebar, membiarkan lalat mengerubungi dagangannya. Para pembeli pun tampak tidak terganggu membeli makanan-makanan tersebut dan tidak merasa terganggu dengan kerumunan lalat yang sudah menjejakkan kakinya yang kotor dan meletakkan ”telur-telur”nya di atas makanan tersebut. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan higienitas masih saja kurang. Seandainya mereka mengenal betapa pentingnya peran lalat dalam penyebaran penyakit, tentulah mereka sudah membuang makanan-makanan itu.

Fenomena munculnya lalat yang berkeliaran dan menyerbu permukiman penduduk, tentu sangat mengganggu kenyamanan dan bisa menyebarkan berbagai penyakit. Sehingga secara langsung kondisi ini akan menyebabkan terjadinya ancaman penyakit kepada penduduk semakin besar karena lalat ”menyuplai” beberapa bibit penyakit terhadap penduduk.

2. RUANG LINGKUP

Dalam penyusunan makalah ini ruang lingkup yang digunakan antara lain:

a) Gambaran umun ordo diptera dan klasifikasi

b) Gambaran umum, morfologi dan siklus hidup lalat

c) Jenis lalat yang menjadi vektor penyakit

3. METODE PENDEKATAN

Metode pendekatan yang kita pakai pada penyusunan makalah ini adalah metode studi pustaka, yaitu mengambil materi dari buku sumber, tulisan-tulisan atau abstrak berbagai penulis dan situs-situs di internet.

4. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:

a) Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Parasitologi III

b) Untuk menambah pengetahuan seputar serangga/ insekta khususnya mengenai lalat.


BAB II

PERMASALAHAN

Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan pada Bab 1 Pendahuluan, adapun permasalahan yang kami temukan dan kami angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umun tentang golongan lalat?

2. Bagaimana klasifikasi golongan lalat?

3. Jenis lalat apa sajakah yang menjadi vektor penyakit?


BAB III

PEMBAHASAN

Diptera berasal dari bahasa Yunani yaitu di yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap. Serangga dewasa dicirikan sifatnya yang pandai terbang, pada umumnya diural, memiliki sepasang sayap tipis seperti selaput untuk terbang, dan sepasang alat keseimbangan pada saat terbang yang disebut halter.

Kepala jenis serangga ini mudah bergerak dan memiliki mata majemuk berukuran besar. Tipe mulutnya menusuk, menghisap dan menjilat. Larvanya tidak bertungkai, kepalanya berukuran kecil, sifat larva dalam setiap famili sangat berbeda. Kadang-kadang larva dari ordo Diphtera disebut belatung. Ordo diptera mengalami metamorfosis sempurna dengan tipe holometabol. Ordo diptera meliputi golongan nyamuk dan lalat.

a. Gambaran umum golongan lalat

· Morfologi lalat

Kepala lalat relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu di garis tengah (holoptik) atau terpisah olah ruang muka (dikhoptik), dan biasanya 3 oceli atau mata sederhana. Thoraks seperti bentuk kotak chitin, merupakan untuk melekatnya otot-otot kuat untuk terbang. Mesotoraks yang membesar (ruas kedua) merupakan bagian utama dari toraks dan memikul sayap membran yang besar, protoraks (ruas pertama ) dan metatoraks (ruas ketiga) menjadi kecil yang menghubungkan toraks dengan kepala dan abdomentiap toraks mempunyai sepasang kaki yang berwarna dan mempunyai duri-duri dan rambut. Kaki yang beruas-ruas dapat berakhir sebagai kuku yang berambut yaitu pulvillus, yang mengeluarkan bahan perekat.

Antena yang dilengkapi dengan alat peraba, terdiri dari serangkaian ruas yang serupa atau tidak serupa, yang jumlah, bentuk dan perangkai bulu-bulunya merupakan sifat khas untuk berbagai genus. Lalat yang lebih primitif mempunyai antena panjang dengan banyak ruas, sedangkan spesies yang lebih berkembang mempunyai antena pendek yang lebih kuat dengan jumlah ruas yang lebih sedikit. Antena terdiri 3-40 segmen tergantung dari kelompoknya.

Berbagai modifikasi bagian mulut dapat digunakan untuk membedakan genus dan spesies. Untuk menembus kulit digunakan mandibula yang berbentuk seerti gergaji dan maxilla seperti kikir. Pada Musca penghisap darah alat pemotong adalah prostoma yang terbentuk khusus pada ujung labella dari labium. Pada spesies bukan penghisap darah, lalat menghisap makanannya dalam bentuk cairan melalui labella.

Sayap lalat merupakan sayap sejati yang kadang-kadang mempunyai sedikit sisik, tetapi lebih sering seluruhnya membranosa. Pasangan sayap belakang diwakili oleh sepasang batang ramping yang berbungkul disebut halter yang dipakai untuk keseimbangan.

· Siklus hidup Lalat.

Kebanyakan spesies lalat adalah ovipar, tetapi ada beberapa lalat yang melahirkan larva dalam berbagai stadium perkembangan. Telur atau larva diletakan dalam air, tanah, kotoran, atau dalam badan veterbrata. Larva berbentuk cacing, panjang, tanpa kaki, hidup dalam air atau di darah. Larva ini mengambil makanan dari bahan organik secara rakus menggunakan bagian mulut untuk mengunyah atau telah menyesuaikan diri untuk hidup sebagai parasit. Setelah 3-4 kali pergantian kulit, larva menjadi pupa yang tidak mengambil makanan lagi dan pada waktunya menjadi lalat dewasa (imago)

b. Klasifikasi golongan lalat

· Famili Psychodidae

Genus Phlebotomus (lalat pasir)

Morfologi dan lingkaran hidup:

ü Mempunyai bentuk badan yang langsing, bengkok, berwarna kuning tua, ukuran badan 2-3mm, badan dan sayap berbulu lebat, pada posisi resting berdiri tegak menyerupai huruf V.

ü Mempunyai antena satu pasang yang berbulu lebat dan masing-masing antena terdapat 16 segmen.

ü Bagian mulut mempunyai alat berupa pisau, fungsinya untuk memotong.

ü Fase telur 6-12 hari, fase larva 25-35 hari, fase pupa 6-14 hari. Telur sampai dewasa memerlukan waktu 5-9 minggu.

ü Tempat perindukannya pada celah-celah yang gelap, lembab, dan dekat sampah yang mengandung nitrogen

Genus Phlebotomus merupakan vektor penyakit yang disebabkan oleh penyakit : Kalazar, Oriental sore, Pappataci fever, Verruga peruana, dan penyebarannya di daerah China, India, Amerika, daerah tropis dan subtropis.

· Famili Cerathopogonidae

Genus Culicoides (Midges, Biting Midges)

Morfologi dan lingkaran hidup:

ü Bentuk badan kecil 1-1,5mm dan berwarna tengguli atau hitam.

ü Thorax sedikit bongkok dan menonjol ke atas kepala.

ü Sayap agak sempit, tanpa sisik tetapi banyak rambut dan terletak datar di atas tubuh bila dalam keadaan istirahat.

ü Tempat perindukannya di rawa-rawa, dalam air tawar, air payau, dan daerah hutan.

ü Mulut mempunyai alat seperti pisau dan berfungsi untuk memotong.

ü Fase telur 2-3 hari, larva 1-12 hari, pupa 3-5 hari

Genus Culicoides (Biting Midges) merupakan vektor penyakit Acanthochoilonemiasis dan daerah penyebarannya yaitu Afrika dan Amerika Latin.

· Famili Simulidae

Genus Simulium (Lalat Hitam)

Morfologi dan lingkaran hidup:

ü Badan kecil 2-3mm, punggung bongkok, kaki pendek, mata majemuk yang jelas, antena pendek dan polos.

ü Sayap lebar, tanpa sisik atau rambut.

ü Proboscis pendek mempunyai alat seperti pisau yang berfungsi untuk memotong.

ü Badan terdapat garis-garis yang berwarna emas atau perak.

ü Tempat perindukannya di sungai dengan aliran yang cukup deras yang terdapat di daerah pegunungan.

ü Fase telur 3-5 hari, larva 12-13 hari, pupa 2-3 hari.

ü Telur diletakan dalam kelompok 300-500 butir.

Genus Simulium merupakan vektor penyakit Onchocerciasis dan daerah penyebarannya di Afrika, Meksiko, dan Amerika.

· Famili Muscidae (Lalat rumah, lalat lapangan)

Genus Musca (House flies)

Morfologi dan lingkaran hidup:

ü Badan berukuran 5,5 - 7,5 mm, berwarna abu-abu atau hitam.

ü Punggung thorax terdapat empat garis hitam.

ü Mulutnya bertipe penghisap. Makanan yang padat dicairkan terlebih dahulu dengan memuntahkan isi perutnya yang mengandung enzim.

Musca domestica merupakan vektor penyakit secara mekanik yaitu Cholera, Amoebik dysentri, Baccilari dysentri, Ascariasis, Typhoid fever, Yaws, Poliomilitis, dan penyebarannya di daerah cosmopolitan.

Genus Hippelates (Eye flies)

Genus ini merupakan vektor penyakit Conjungtivitis, Yaws, dan daerah penyebarannya di daerah tropik.

· Famili Tabanidae

Genus Tabanus dan genus Chrysops

Morfologi dan lingkaran hidup:

ü Bentuk badannya lebih besar daripada famili-famili lain dan mempunyai ukuran 10-25mm.

ü Antena terdiri dari tiga segmen, dan segmen yang terakhir disebut Flagellum (yang masih mempunyai segmen-segmen lagi).

ü Kedua genus tersebut yang betina menghisap darah pada siang hari dan telurnya berbentuk oval, diletakkan berkelompok 100-1000 butir pada tumbuh-tumbuhan air dan batu.

ü Fase telur 2-3 hari, larva 1-3 minggu

ü Setelah dewasa langsung mengadakan copulasi (keluar dari pupa)

Genus Tabanus (Lalat Kuda)

ü Antena lebih pendek daripada kepala

ü Cutting lapping ada (kerat hisap)

ü Sayap membentuk huruf “V” dan homogen.

Genus Chrysops (lalat rusa)

ü Antena lebih panjang daripada kepala.

ü Cutting lapping ada (kerat hisap)

ü Sayap membentuk huruf “V” dan tidak homogen.

Kedua genus ini bertindak sebagai vektor penyakit : Anthrax, Tularemiasis, Loasis dan Surra disease. Penyebarannya didaerah Eropa, Amerika dan Jepang.

· Famili Gasterophilidae

Genus Gasterophilus

Morfologi :

ü Lalat dewasa berwarna coklat dan berambut, sepintas menyerupai lebah madu tetapi tidak mempunyai sengat.

ü Probocis mengecil

ü Ukuran dewasa 18 mm dan mempunyai pita berwarna gelap transversal yang tidak teratur pada tiap-tiap sayap.

ü Lalat dewasa meletakkan telurnya pada rambut kuda, kebanyakan selama pertengahan pertama musim panas.

Spesies G. intestinalis, G. nasalis, G. haemorrhoidalis.

Bertindak sebagai vektor penyakit myasis asspesifik pada ternak kuda dan creeping cutaneus myasis pada manusia.

· Famili Cuterebridae

Morfologi:

ü Mempunyai probocis yang sangat kecil atau tinggal sisanya.

ü Kait-kait mulut larva berkembang baik.

Spesies Dermatobia hominis merupakan vektor penyakit myasis dan penyebarannya di daerah cosmopolitan.

· Famili Glossinidae

Genus glosinna: spesies G.palpalis, G.morsitans

Morfologi dan siklus hidup:

ü Mempunyai badan yang berukuran sebedar lalat rumah (6-13 mm) dan berwarna coklat. Baik yang jantan maupun yang betina mengisap darah, terutama pada siang hari.

ü Genus ini termasuk golongan hewan yang vivipar (melahirkan larva).

ü Mempunyai mulut piercing dan sucking.

ü Dapat dibedakan berdasarkan sikap sayap pada waktu istirahat yang saling menutupi seperti gunting.

ü Probocis yang horizontal, langsing dengan pangkalnya yang membulat.

ü Duri-duri lengkung yang bercabang pada arista antena yang terdiri dari 3 ruas.

G.palpalis

ü Lalat yang berwarna tengguli kehitam-hitaman dengan gambaran pucat pada bagian lateral abdomen.

ü Tempat perindukannya di sungai-sungai, danau yang banyak tumbuhannya.

ü Bertindak sebagai vektor penular penyakit: sleeping sickness (Trypanosoma gambiense) dan daerah penyebarannya di Afrika barat dan Kongo.

G.morsitans

ü Lalat berwarna kelabu, dengan garis lebar transversal pada abdomen ruas ketiga sampai keenam yang berwarna kuning jingga.

ü Bagian mulut dari tipe labium tusuk dengan seluruh probocis masuk kedalam luka.

ü Tempat perindukannya di daerah savana

ü Sebagai vektor penyakit: sleeping sickness (T.gambiense) dan daerah penyebarannya di Afrika timur.

c. Contoh spesies yang menjadi vektor penyakit.

1. Lalat Tse-Tse

Lalat Tse-Tse termasuk ke dalam genus Glossina, kira-kira terdapat 20 spesies atau lebih, beberapa diantaranya adalah sebagai hospes perantara Trypanosoma manusia dan binatang.

· Penyebaran

Di daerah khatuistiwa Afrika dari lintang utara 18° sampai lintang selatan 31°. G.tachinoides ditemukan di Arabia bagian selatan.

· Morfologi

Berwarna kuning, tengguli atau hitam dengan ukuran 6-13 mm. Sikap sayap waktu istirahat saling menutupi seperti gunting. Proboscis yang horizontal, langsing, dengan pangkalnya yang membulat, duri-duri lengkung yang bercabang pada arista antena, yang terdiri dari 3 ruas. Sayap berwarna tengguli muda. G.palpalis berwarna tengguli kehitam-hitaman dengan gambaran pucat pada bagian abdomen. G.morsitans berwarna kelabu dengan garis lebar transversal pada abdomen ruas ketiga sampai keenam yang berwarna kuning jingga. Bagian mulut dari tipe labium merupakan penusuk dengan seluruh proboscis masuk ke dalam luka.

· Kebiasaan

Berbagai spesies memiliki tempat hidup yang luas, berdasarkan iklim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Tetapi semuanya memerlukan suhu panas dan kelembaban.

Ada dua golongan umum, yaitu:

1) Spesies golongan sungai, seperti G.palpalis yang mendatangi daerah panas lembab di pinggirr selokan, sungai dan danau, di Afrika Barat dan Tengah.

2) Spesies golongan semak, seperti G.morsitans yang ditemukan di daerah semak dan berpohon yang menyediakan cukup tempat teduh di Afrika Timur.

“Fly belt” adalah daerah dengan batas tidak teratur dari bermacam dimensi dikelilingi oleh daerah yang praktis bebas lalat. Untuk spesies golongan semak, puncak bukit yang tidak berpohon, dan belukar di lembah sepanjang lereng bukit adalah tempat hidup yang baik, tetapi masing-masing spesies berbeda kesukaannya.

Jangka hidup lalat jantan setengah dari lalat betina, untuk G.palpalis kira-kira 13 minggu (dalam laboratorium). Baik yang jantan maupun yang betina menggigit binatang atau manusia pada siang hari. Indra penglihatan dan sebagian kecil indra penciuman adalah faktor-faktor utama untuk mengarahkan lalat kepada hospesnya. G.palpalis tertarik oleh kain berwarna hitam dan biru, terutama yang berkibar-kibar oleh angin. Jangka terbang efektifnya pada jarak pendek, mungkin kurang dari setengah mil untuk G.morsitans, tetapi G.palpalis mampu melewati lebih dari 3 mil.

· Lingkaran Hidup

Tempat perindukan golongan sungai ialah pantai pasir dan tanah gembur dekat air, spesies golongan semak memilih tanah gembur dekat pohon tumbang atau dahan yang tergantung rendah. Yang betina melahirkan seekor larva stadium tiga yang besar, stadium lanjut dalam jangka waktu kira-kira 10 hari. G.palpalis melahirkan sembilan ekor larva. Larva berwarna kuning, berbenjol, hampir sepanjang abdomen lalat dewasa, mempunyai sepasang tonjolan berwarna gelap, yaitu bibir bengkak pada ruas terakhir. Larva masuk ke dalam tanah sampai sedalam 2 inci dan langsung menjadi pupa. Lalat dewasa keluar dalam waktu kira-kira 5 minggu.

· Patogenitas

Akibat gigitan lalat ini hanya kecil. Orang mungkin menjadi rentan terhadap air liurnya.

· Vektor Penyakit

Lalat Tse-tse merupakan vektor penting untuk Trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit tujuh spesies adalah vektor infeksi Trypanosoma pada hewan peliharaan. Vektor Trypanosoma rhodesiense, penyebab trypanosomiasis, adalah G.morsitans, G.swynnertoni, dan G.pallidipes. Vektor utama T.gambiense, penyakit tidur Gambia, adalah dari golongan sungai G.palpalis fuscipes dan di daaerah-daerah tertentu G.tachinoides.

2. Lalat Rumah (Musca domestica)

Ini jenis lalat yang paling banyak terdapat diantara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia.

· Penyebaran

Lalat ini menempati kediaman manusia di seluruh dunia, bersifat cosmopolit.

· Morfologi

Berukuran sedang, panjang 6-8 mm, tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat betina. Lalat ini berwarna hitam keabu-abuan dengan bagian memanjang pada bagian dorsal toraks. Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Antena mempunyai 3 segmen.

· Kebiasaan

Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya. Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat dikakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah.

Disamping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.

· Siklus Hidup

Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari. Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larvalarva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering.

Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau di dalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.

· Patogenitas

Larva kadangkadang menyebabkan myiasis usus, saluran kencing dan saluran kelamin.

· Vektor Penyakit

Musca domestica merupakan vektor penyakit secara mekanik yaitu Cholera, Amoebik dysentri, Baccilari dysentri, Ascariasis, Typhoid fever, Yaws dan Poliomilitis.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

· Ordo diptera memiliki ciri-ciri antara lain pandai terbang, pada umumnya diural, memiliki sepasang sayap tipis seperti selaput untuk terbang, dan sepasang alat keseimbangan pada saat terbang yang disebut halter. Tipe mulutnya menusuk, menghisap dan menjilat. Larvanya tidak bertungkai, kepalanya berukuran kecil, sifat larva dalam setiap famili sangat berbeda dan mengalami metamorfosis sempurna

· Klasifikasi ordo Diptera meliputi golongan lalat dan golongan nyamuk.

· Klasifikasi golongan lalat antara lain: Famili Psychodidae, Famili Cerathopogonidae, Famili Simulidae, Famili Muscidae, Famili Tabanidae, Famili Gasterophilidae, Famili Cuterebridae dan Famili Glossinidae

· Contoh spesies lalat yang menjadi vektor penyakit adalah Musca domestica dan Glossina sp.

2. Saran

Agar terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan oleh lalat terutama lalat rumah maka sangat diperlukan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan higienitas. Selain itu masyarakat harus mengetahui betapa pentingnya peran lalat dalam menyebarkan berbagai penyakit.