Rabu, 05 Juni 2013

Mengenal Lebih Dekat Shigella sp.




 Shigella sp adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigellla karena gejalaa kinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan shigella sonnei.

1.1 Morfologi
Ciri-ciri Khas Organisme

Shigella adalah kuman batang gram negatif ramping; bentuk kokobasil dan ditemukan pada biakan muda.
Biakan

Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggiran utuh yang mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
Sifat-sifat Pertumbuhan

Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak.
Variasi

Mutan-mutan dengan sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul dari strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K) dihubungkan dengan hilangnya daya invasi.

1.2 Klasifikasi
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesie s : S. boydii ; S. dysenteriae ; S. flexneri ; S. sonnei

Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
 Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
 Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
 Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
 Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).

1.3 Fisiologi
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S. sonnei dapat tumbuh pada suhu 450C. sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi adonitol tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri, negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada test motilitas.
Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut : kecil, halus, tidak berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB, Endo, Mac Conkey.

1.4 Daya Tahan
Shigella sp yang kurang tahaan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ % fenol selama 5 jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban yang cukup. Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 550C.
1.5 Struktur Antigen
Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya.
Antigen somatic O shigella adalah lipopolisakharida. Kekhususan serologinya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic. Spesies pathogen utama diperlihatkan pada table


Shigella dysentriae
Shigella flexneri
Shigella boydii
Shigella sonnei
Golongan dan Tipe
A (1-10)
B (1-6)
C (1-15)
D 1
Manitol
-
+
+
+
Ornitin Dekarboksilase
-
-
-
+
Jordan’s tertrate
variabel
-
-
+
Rabinosa dengan pengeraman yang diperpanjang
-
Variabel
-
variabel

1.6 Patogenesis dan Patologi
Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan sedangkan invasi ke aliran darah sangat jarang karena habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya. Shigella sangat menular dan membutuhkan dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Pseudomembran ini terdiri atas fibrin, leukosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik dan bakteri. Bila proses mulai membaik, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

1.7 Toksin
 Endotoksin

Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi pada dinding usus.
 Eksotoksin (Shigella dysentriae)

S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan sistem saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini dpat menimbulkan diare, sebagaimana halnya enterotoksin

1.8 Gambaran Klinik
Setelah masa inkubasi yan g pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyari perut, deman dan tinja encer. Tinja encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat; tinja kurang encer tetapi sering mengandung lendir dan darah.
Tiap gerakan usus disertai dengan ‘mengendan’ dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh S.dysenteriae dapat sangat berat.
Kebanyakan orang pada penyembuhan, mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibody terhadap shigella dalam darahnya, tetapi antibody ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

1.9 Tes Diagnosis Laboratorium
Bahan terdiri dari tinja segar, lendir, dan usapan rectum untuk pembiakan. Sejumlah besar lekosit dan darah fekal sering terlihat secara mikroskopis. Bahan serum, bila diinginkan harus diambil 10 hari jaraknya untuk menunjukkan kenaikkan titer antibody aglutinasi.
a) Biakan

Bahan dioleskan pada perbenihan selektif diferensiasi (misalnya, agar MacConkey atau agar eosin-metilen biru) dan pada agar tiosulfat-sitrat-empedu, yang menekan koliform dan organism gram-positif. Koloni-koloni yang tidak berwarna (laktosa negatif) diinokulasikan ke dalam perbenihan trigula besi). Organisme yang menghasilkan asam pada bagian agar yang miring (slant) dan asam dan gas pada ujung (butt) harus dibuang; kuman-kuman ini adalah koliform atau kuman para kolon. Proteus dapat dikesampingkan karena pembentukkan warna merah yang cepat pada perbenihan urea Christensen. Organism yang tidak membentuk H2S, yang menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas pada ujung (butt) dan bagian miring (slant) yang basa, dapat tidak bergerak harus diperiksa secara aglutinasi mikroskopis dengan antiserum spesifik Shigella.


b) Serologi

Orang normal sering mempunyai agglutinin terhadap beberapa spesies Shigella. Akan tetepi, serangkaian penetapan antibody dapat menunjukkan kenaikan antibody spesifik. Tes hemaglutinasi hambatan memberi harapan.

1.10 Pengobatan dan Pencegahan
Penggunaan antibiotika mengurangi beratnya penyakit maupun angka kematian, walaupun angka kematian, walaupun banyak penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke dokter karena penyakit ini dapat sembuh spontan.
Antibiotika ampisilin, tertasiklin dan trimethoprim-sulfametoksasol banyak digunakan dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan semakin banyaknya ditemukan strain kuman yang resisten terhadap bermacam-macam antibiotika maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika sebelum memulai pengobatan.
Pada pencegahan penyakit disentri basiler kebersihan lingkungan, pencarian dan pengobatan carrier serta khlorinasi air minum memegang peranan penting. Carrier tidak diperbolehkan bekerja sebagai food handler.

1.11 Epidemiologi
Disentri basiler adalah penyakit yang endemis di Indonesia, hal ini antara lain disebabkan sanitasi lingkungan yang belum memadai. Penyebaran kuman Shigella adalah dari manusia ke manusia yang lain, dimana carrier merupakan reservoir kuman. Dari carrier ini, Shigella disebabkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.
Juga harus diperhatikan kebersihan air minum, untuk hal ini perlu dilakukan pengawasan dan khlorinasi sumber air minum.

Mengenal Lebih Dekat Bakteri Salmonella sp.


Morfologi Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang fakultatif. Genus Salmonella dinamai oleh seorang ahli patologi hewan Amerika yang bernama Daniel Elmer Salmon, namun Theobald Smith adalah penemu sebenarnya dari jenis bakteri (Salmonella enterica var. choleraesuis) pada 1885, yang menyebabkan penyakit enterik pada  babi (Pratiwi, 2011).

Ciri-ciri dari bakteri Salmonella adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2011):
1.   Berbentuk batang dengan ukuran tergantung jenis bakteri (pada umumnya memiliki panjang ± 2-3 µm, dan bergaris tengah antara ±0,3 – 0,6 µm ).
2.  Bersifat Gram negatif.
3.  Berkembang biak dengan cara membelah diri.
4.  Tidak berspora dan bersifat aerob.
5.  Motil (pergerakan ) dengan mengunakan flagel. Mempunyai flagel perithrik (diseluruh permukaan sel), kecuali pada jenis Salmonella gallinarum dan Salmonella pullorum.
6.  Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
7.  Salmonella membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
8.  Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu  (misal, hijau brilian, natrium tetrationat,natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik lain,oleh karena itu senyawa – senyawa tersebut berguna untuk inklusi isolate salmonella dari feses pada medium.
9.  Struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari  inti (nukleus), sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini bersifat Gram negatif , maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri Gram positif.
Menurut Jawetz et al (dalam Bonang,1982) mengemukakan bahwa dinding sel bakteri gram negatif mengandung 3 polimer senyawa mukokompleks yang terletak diluar lapisan peptidoglikan (murein). Ketiga polimer ini terdiri dari :
1.   Lipoprotein adalah senyawa protein yang mempunyai fungsi menghubungkan antara selaput luar  dengan lapisan peptidoglikan.
2.  Selaput luar adalah selaput ganda yang mengandung senyawa fosfolipid dan sebagian besar dari senyawa fosfolipid ini terikat oleh molekul-molekul lipopolisakarida pada lapisan atasnya (Pratiwi, 2011).






    Klasifikasi Salmonella

Berikut klasifikasi dari bakteri Salmonella (Pratiwi, 2011) :
Kerajaan       : Bacteria
Filum    : Proteobakteria
Kelas    : Gamma proteobakteria
Ordo     : Enterobakteriales
Family   : Enterobakteriaceae
Genus   : Salmonella
Spesies         : Salmonella enterica
            Salmonella arizona
              Salmonella typhi
              Salmonella choleraesuis
              Salmonella enteritidis

Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi (Pratiwi, 2011) :
1.     Salmonella  tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi pada manusia.
2.  Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas), Salmonella aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba). Salmonella sp yang beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.


 Metode Analisa
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara obyektif di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik (Fardiaz, 1993).
Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri Salmonella adalah metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu bakteri Salmonella  dalam  suatu  feses (Sugianto, 2012).
a.      Metode Analisa Kualitatif
Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella metode yang digunakan adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa kualitatif ini memiliki tahapan – tahapan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam feses (Sugianto, 2012).
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau sifat mikrobiologinya. (Sugianto, 2012).

b.     Uji Salmonella
Uji Salmonella digunakan untuk menetapkan adanya Salmonella dalam makanan.Salmonella merupakan bakteri gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus, dan penyakit foodborne. Salmonella terdiri dari sekitar 2500 serotipe yang kesemuanya diketahui bersifat pathogen baik pada manusia atau hewan (Sugianto, 2012).
Pada pengujian Salmonella ini dibuat juga kontrol positif yaitu sampel yang telah diberi biakan kultur Salmonella sebagai pembanding. Dari pengkayaan selektif, biakan dari MKTTn dan RVS diinokulasikan pada media BGA dan XLD untuk tahap inokulasi dan identifikasi. Pada tahap ini hanya biakan dari BGA yang berasal dari MKTTn yang menunjukkan pertumbuhan koloni. Sedangkan pada media XLD tidak ada pertumbuhan koloni. Selanjutnya koloni dari biakan BGA dilakukan uji identifikasi yaitu uji biokimia dan uji serologi. Uji biokimia yang dilakukan antar lain sebagai berikut:
1. Uji TSIA
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil dari fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam. TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1% dan phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga mengandung natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H2S, ferro sulfat menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk membedakan bakteri H2S dengan bakteri-bakteri lainnya (Sugianto, 2012).

2. Uji Urease
Uji urease digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba menghidrolisis urea menjadi amonia. Enzim urease akan menguraikan urea menjadi amonia. Uji urease menunjukkan hasil positif jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan. Hasil uji urease negatif jika tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan (Sugianto, 2012).

3. Uji Dekarboksilasi Lysin
Uji Dekarboksilasi Lysin menggunakan media Xylose-Lysine- Desoxycholate Agar medium digunakan untuk isolasi Salmonella danmemilah organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan produksi H2S. Fermentasi xylose sangat lazim bagi kebanyakan organisme enterik kecuali, Shigella, Providencia, Edwardsiella. Pada media ini, Salmonella akan membentuk koloni merah dengan inti hitam, sedang Pseudomonas dapat tumbuh dengan warna merah dan Eschericia berwarna kuning. Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Arizona, Proteus, Aerobacter, Klebsiella,Citrobacter. Begitu banyak mikroba yang dapat tumbuh, sehingga media ini kurang dapat memilah Salmonella pada tahap awal.Lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi kontaminan Salmonella (Sugianto, 2012).

4. Uji β-galaktosidase
Uji β-galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri seperti Salmonella.Enzim β-galaktosidase merupakan enzim yang dapat mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Beberapa mikroorganisme seperti E. coli, dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Selain laktosa, substrat alamiah dari enzim, adalah bahan yang sangat penting, ONPG (o-nitro-phenyl-β-D-galactopyranoside), dapat digunakan pula.Β-galaktosidase dapat mengkatalisis ONPG menjadi galaktosa dan o-nitrofenol. ONPG tidak berwarna tetapi setelah hidrolisis menjadi o-nitrofenol, akan timbul warna kuning pada larutan yang alkali. beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat Streptococcus, Lactobacillus, Zygomonas, Saccharomycetes, Escherichia, Enterobacter, Salmonella (Sugianto, 2012).

5. Uji Indol
Uji Indol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs. Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein (Sugianto, 2012).


6. Uji Voges Proskauer
Uji Voges Proskauer bertujuan untuk mengidentifikasi jenis bakteri Untuk membedakan bakteri Escherichia coli dengan Enterobacteraerogenes. Hasilnya uji ini negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan á-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin). Salmonella positif jika pada uji biokimia yang dilakukan hasilnya sebagai berikut (Sugianto, 2012) :
1.    TSIA : butt (+), slant (-), gas positif atau negatif dan H2S positif atau negatif.
2.   Hidrolisis urea : negatif
3.   Dekarbosilasi lysine : positif
4.   Reaksi voges proskauer : negatif
5.   Produksi indol : negatif
6.   Uji serologi: terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.
Pada biakan contoh setelah dilakukan uji biokimia dan serologi didapatkan hasil sebagai berikut(Sugianto, 2012) :
a)   TSIA : butt (-), slant (-), gas negatif dan H2S negatif
b)  Hidrolisis urea : positif
c)   Dekarbosilasi lysine : negatif
d)  Reaksi voges proskauer : negative
e)   Produksi indol : negative

7. Uji Serologi
Uji serologi tidak terjadi aglutinasi pada penambahan antisera polivalen O, H, dan Vi.
Reaksi Biokimia Salmonella
No.
Pengujian
Hasil Reaksi
Reaksi
Salmonella sp
Positif
Negatif
1

Glukosa (TSI)
Tusukan kuning
Tusukan merah
Positif
2
Lysine Decarboxylase (LIA)
Tusukan ungu
Tusukan ungu
Positif
3

H2S (TSI dan LIA)
Hitam
Tidak hitam
Positif
4
Urease
Warna ungu sampai merah
Tidak ada perubahan warna
Negatif
5
Lysine Decarboxylase Broth (LDB)
Warna ungu
Warna kuning
Positif
6
Dulcitol Broth
Warna kuning atau ada gas
Tidak ada perubahan warna dan gas
Positif b
7
KCN Broyh
Pertumbuhan
Tidak ada pertumbuhan
Negatif
8
Malonate Broth
Warna biru
Tidak ada perubahan warna
Negatif C
9
Uji Indol
Warna violet pada permukaan
Warna kuning pada permukaan
Negatif
10
Uji Serologi Polyvalent  Flagellar (H)
Penggumpalan
Tidak ada penggumpalan
Positif
11
Uji Serologi Polyvalent Somatic (O)
Penggumpalan
Tidak ada penggumpalan
Positif
12
Lactose Broth
Warna kuning atau ada gas
Tidak ada perubahan warna dan gas
Negatif C
13
Sucrose Broth
Warna kuning atau ada gas
Tidak ada perubahan warna dan gas
Negatif
14
Uji Voges Proskauer (VP)
Merah muda sampai merah
Tidak ada perubahan warna
Negatif
15
Uji Methyl Red (MR)
Warna merah menyebar
Warna kuning menyebar
Positif
16
Simmons Citrate
Ada pertumbuhan, warna biru
Tidak ada pertumbuhan dan perubahan warna
Variabel

Kriteria untuk kultur non Salmonella


No.
Pengujian
Hasil (non Salmonella)
1
Urease
Positif (warna ungu sampai merah)
2
Uji Indol dan
Polyvalent Flagellar (H)
Positif (warna merah pada permukaan
Negatif (tidak ada penggumpalan)
3
LDB dan
KCN
Negatif (warna kuning)
Positif (ada pertumbuhan)

4
Lactose Broth
Positif (warna kuning ada gas) 

5
Sucrose Broth
Positif (warna kuning ada gas) 
6
Uji VP
Uji MR
Positif (merah muda sampai merah)
Negatif (warna kuning menyebar)


Daftar Pustaka


Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000.Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Black, J.G. 1999. Microbiology Principles and Exploration 4th Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan.Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI Press, Jakarta.
Campbell, N. A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Cappuccino, J. G. & Natalie S. 1983.Microbiology A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company, New York.
Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta.
Djide, M. Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi UNHAS, Makassar.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13.Jakarta : Percetakan Imagraph
Dwijoseputro. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djembatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada., Jakarta.
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition.McGraw Hill. United States of America.
Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB.
Fardiaz, S.,.1992. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB
Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition,.FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R.
GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51,
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnalair. 2011.Kualitas Air. Diakses di :(http://jurnalair.wordpress.com/2011/01/21/kualitas-air/. Diaksespada : 15April 2012)
Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean. Science Press. Canada.
Pelczar, M. J & E. C. S Chan. 1986.Dasar-dasar Mikrobiologi.UI-Press, Jakarta.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007 dalam  Soni, Ahmad. 2010 Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan. 2006.Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Pratiwi, Erni. 2011. Pemeriksaan Salmonella. Diakses di :. http://id.scribd.com/doc/54252133/tugas-bakteri2. Diakses pada : Minggu, 18 November 2012
Ramona, Y., R. Kawuri, I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Program Studi Farmasi FMIPA UNUD.Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Diakses di :http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada : Minggu, 18 November 2012
Sutedjo, M. M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tjay, T. H. 2003. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.