1.2 PROSES-PROSES YANG TERLIBAT DALAM INDUKSI TUMOR
CROWN GALL
Seperti yang telah disebutkan di atas, tumorigenesis dari Crown gall
merupakan proses yang terdiri dari beberapa tahap termasuk penempelan Agrobacterium
pada sel tanaman, proses dan transfer T-DNA ke sel tanaman diikuti oleh
penggabungan dan pengekspresian gen-gen T-DNA di dalam genom tanaman.
1.2.1 Penempelan Agrobacterium pada Sel
Tanaman
Tahap pertama dalam induksi tumor adalah
pengikatan Agrobacterium pada sel tanaman. Peristiwa awal ini dimediasi
oleh gen-gen yang terletak pada kromosom bakteri. Strain yang membawa
mutasi-mutasi sejumlah loci (chvA, chvB, att dan pscA
atau exoC) kurang baik dalam penempelan sel tanaman, sehingga dikatakan avirulen
atau sangat lemah sifat racunnya (8, 21, 53, 77, 83). Gen-gen kromosom, chvA,
chvB, dan exoC, diperlukan dalam sintesis dan penyaluran β-1,2-glucan cyclic yang
terlibat dalam pengikatan sel tanaman. Protein chvB terlibat dalam
biosintesis glucan (67), sementara chvA diperlukan untuk
memindahkan glucan dari sitoplasma ke periplasma dan ruang
ekstraseluler. ChvA memiliki kesamaan dengan golongan ATPase yang terikat pada membran (membrane-bound
ATPase) yang terlibat dalam transpor aktif (22). Walaupun produk-produk dari chvA
dan chvB terlibat dalam biosintesis dan transpor β-1,2-glucan,
namun masih belum jelas apakah glucan terlibat dalam penempelan Agrobacterium
atau mempengaruhi sifat-sifat lain dari permukaan sel yang terlibat secara
langsung.
Mutan-mutan att memiliki flagela, fimbriae
dan mudah bergerak (motile) (53). Att normalnya memproduksi β-1,2-glucan
dan tidak mengalami perubahan pada struktur polisakaridanya. Uji mendalam pada
mutan-mutan ini menunjukan bahwa mutan-mutan ini kekurangan dua polipeptida (34
kDa dan 38 kDa), yang ditemukan pada membran luar atau ruang periplasma dari
bakteri tipe liar (53). Namun, apakah salah
satu dari dua polipeptida ini berperan secara langsung pada induksi tumor
dengan cara memediasi proses penempelan, masih belum diketahui.
1.2.2 Induksi Gen-vir
Daerah vir kira-kira 30 kb dan tersusun
dalam 7-8 komplementasi kelompok: virA, virB, virC, virD,
virE, virF, virG, dan virH (sebelumnya pinF) (73, 86). Gb.
5 menunjukan susunan genetik wilayah vir dari Ti-plasmid tipe
oktopin dan nopalin. Perbedaan wilayah vir antara Ti-plasmid tipe
oktopin dan nopalin adalah; virF dan virH (pinF) tidak
terdapat pada Ti-plasmid tipe nopalin sementara tipe oktopin mengandung kedua
gen tersebut.
Aktivasi transkripsi gen-gen vir merupakan
hasil langsung dari penerimaan A. tumefaciens terhadap sinyal
molekul yang diproduksi oleh sel tanaman yang luka, yang mana memicu sistem
regulasi vir. Dua penginduksi potensial, acetosyringone dan hydroxy-acetosyringone,
diisolasi dari sel akar tembakau oleh Stachel et al (72). Beberapa
monosakarida juga memegang peranan penting pada induksi gen-gen vir (9).
pH medium memiliki pengaruh yang kuat pada induksi vir; induksi akan
optimal dalam rentang pH 5.0-5.4 dan tidak akan terjadi induksi pada pH 6.3
atau diatasnya (74). Regulasi gen vir juga dimediasi oleh gen-gen yang
terletak pada kromosom Agrobacterium. Gen virulen kromosomal yang
dinamai chvD, chvE, ros, miaA, chvG, dan chvI telah dilaporkan
terlibat dalam virulensi dengan cara mempengaruhi ekspresi gen-gen vir
pada Ti-plasmid (85, 86, 89,36,28, 18, 10,51). chvD, ros, dan miaA
memiliki peran yang sulit dimengerti dalam regulasi ekspresi gen vir.
Penyelipan transposon pada chvE menyebabkan kisaran inang terbatas dan
berkurang sifat racunnya. Induksi gen vir pada Ti-plasmid oleh acetosyringone
berkurang sama sekali atau bahkan tidak terdapat dalam mutan chvE.
Namun, induksi virG dengan kombinasi antara pH rendah dan konsentrasi
posfat rendah tidak merusak mutan chvE
jika dibandingkan dengan tipe liar (wild type). Analisis susunan
DNA menunjukkan bahwa chvE bisa mengkode protein ruang periplasmik yang
terlibat dalam kemotaksis atau pengambilan gula (sugar uptake) (36).
Mekanisme dimana protein ini mempengaruhi
induksi acetossyringone pada gen-gen vir masih belum diketahui. chvG
dan chvI, anggota dari sistem regulasi dua komponen yang baru-baru ini
diidentifikasi, juga terlibat dalam induksi gen vir dengan mekanisme
yang belum diketahui (10,51).
Hal ini menunjukan bahwa gen-gen vir, virA
dan virG yang esensial adalah regulator dari vir-regulon (86,1
,55, 57). Protein VirA dan VirG harus melaksanakan setidak-tidaknya dua
aktifitas yang berbeda. Yang pertama adalah kepekaan ekstraselular terhadap
molekul sinyal tanaman dan transduksi dari sinyal lingkungan ini ke dalam
bakteri. Yang kedua adalah pengaktifan beberapa vir-operon yang terpisah
dalam merespon sinyal tanaman. Menariknya, protein regulasi virA dan VirG
menunjukan kesamaan yang cukup berarti dengan beberapa protein bakterial yang
termasuk dalam famili sistem regulasi positif dua komponen (87, 62). Produk VirA
menyederhanakan protein membran bagian dalam yang peka dan
merespon molekul sinyal tanaman seperti acetosyringone
(Gb.
6). Lebih lanjut, protein VirA merupakan kelompok kelas protein
kinase histidin, dan mampu melakukan autoposporilasi (40, 58, 76). Pospat
terikat pada sebuah residu histidine dari protein VirA. Hanya satu
residu histidine yang terpelihara di antara protein-protein yang serupa. Ketika
pengkodean kodon, residu ini (asam amino
474) diubah oleh site–directed mutagenesis menjadi glutamat, mutan virA ini tidak berfungsi dalam
mengarahkan induksi gen vir dan mutan ini tidak bisa melakukan
autoposporilasi (40). VirA yang mengalami autoposporilasi mentransfer
pospat ke VirG (39). VirG adalah anggota protein perngatur respon
(the respone regulator protein) (39), yang mana setengah dari
N-terminalnya merupakan target dari posporilasi dan setengah C-terminalnya
memiliki sifat pengikat promoter (promoter-binding properties) (54,62,
66). Pospat dilekatkan pada residu aspartat 52 dari protein VirG. Residu ini
tersimpan dalam protein yang serupa dan dikenali sebagai tempat posporilasi
(62). Perubahan aspartat ini menjadi asparagin menghilangkan kemampuan protein
untuk menerima pospat dari VirA (39). Protein VirG digolongkan kedalam
famili yang memiliki kesamaan susunan, yang disebut kotak vir (vir
boxes), terletak pada bagian hulu (upstream) dari masing-masing
promoter vir (66). Setengah bagian C-terminal dari protein virG
bertanggung-jawab dalam pengikatan vir boxes (66). Penghilangan atau
perubahan pada salah satu dari kedua vir boxes yang berada dalam gen VirG
menghapus induksi dari promoter tersebut (63). Data yang sama didapatkan saat vir boxes diubah atau
dihapus dalam promoter virB, virC, VirD, dan virE (66,63, 61).
Pengikatan antara setengahC-terminal VirG pada vir boxes mengaktifkan
transkripsi dari loci vir yang lainnya. (Gb.
6)
1.2.3 Proses dan Transfer T-DNA
Proses dan transfer dari T-DNA dimediasi oleh
produk-produk yang dikode oleh gen-gen pada wilayah vir (vir-region).
Setelah induksi vir gen, produksi transfer tingkat lanjut dimulai dengan
pembentukan T-strand, yaitu duplikat dari single stranded (ss)
T-DNA (74). Banyak produk gen bertanggung-jawab dalam proses ini. Produk dari
loci virC dan VirD terlibat dalam pembentukan dan pemrosesan
T-strand. VirD1 dan VirD2 bersama-sama mengenali susunan pembatas 25 bp dan
memproduksi sebuah belahan endonukleotik ss pada strand bagian bawah
dari masing-masing pembatas (25, 27). Sayatan ini digunakan sebagai tempat
inisiasi dan terminasi dalam memproduksi T-stand. Setelah penyayatan,
VirD2 tetap terhubung kuat dengan ujung 5’ dari T-strand (35). Pengikatan VirD2 pada ujung 5’ memberi karakter polar pada
T-strand yang menjamin bahwa pada langkah berikutnya, ujung 5’ merupakan leading end.
Produksi T-strand diperkirakan merupakan hasil dari perpindahan strand bagian
bawah dari T-DNA di antara sayatan
tersebut. Studi terbaru mengungkapkan bahwa langkah awal produksi T-strand
secara evolusioner terkait dengan sistem bakteri yang memproduksi ssDNA,
seperti salah satunya selama proses konjugasi (60). Dua protein lainya, VirC1 dan
VirC2 kemungkinan berinteraksi dengan VirD1 dan VirD2 selama penyayatan
berlangsung. Lokus virC, yang mengkode dua produk yaitu VirC1 (23 kDa) dan
VirC2 (26 kDa), digunakan untuk meningkatkan proses penyayatan batas dari T-DNA
(81, 82, 89).
T-strand harus bergerak melalui membran dan ruang
seluler sebelum sampai pada inti sel tanaman dan tetap menjaga integritasnya
selama proses ini. Oleh karena itu, adalah sebuah hipotesis bahwa T-strand
seolah-olah bergerak seperti sebuah kompleks protein-ssDNA. VirE2 merupakan
sebuah protein yang memiliki ikatan asam nukleat ss yang dapat diinduksi
(inducible ss nucleic acid-binding protein), yang dikode oleh lokus virE
yang terikat tanpa kespesifikan susunan. Sejumlah besar VirE2 (60 kDa) berada
dalam sel dan terikat kuat serta saling bekerja sama, yang berarti bahwa sebuah
T-strand akan terlapisi secara keseluruhan (Gb.
7). Satu molekul VirE2 diperkirakan melapisi sekitar 30 nukleotida,
oleh karena itu 20 kb T-strand akan membutuhkan 600 molekul VirE2 (52).
Akibatnya, degradasi T-strand oleh nukleasi akan dicegah dengan ikatan VirE2
dan bahkan, ikatan in vitro virE2 membuat ssDNA resisten terhadap
degradasi nuckleolitik. T-strand bersama-sama VirD2 dan virE2 membentuk
T-kompleks.
Kemudian, T-komplek harus keluar dari sel bakteri,
melewati membran dalam dan luar dan juga dinding sel bakteri (Gb.
7). Perpindahan T-kompleks dari Agrobacterium merupakan salah
satu tahapan pada proses transfer yang kurang dikenal. Studi terdahulu
mengungkapkan bahwa virB dibutuhkan untuk tumorigenesis tetapi tidak
untuk pembentukan T-strand atau T-kompleks (73). Penyusunan virB
menunjukan bahwa produk gennya kemungkinan terlibat dalam proses transfer (90).
Ada 11 Open Reading Frames (OPR) virB
untuk protein dengan perkiraan berat molekuler berikut ini; VirB1 (26
kDa); VirB2 (12 kDa); VirB4 (87 kDa); VirB5 (23 kDa); VirB6 (32 kDa); VirB7 (6
kDa); VirB8 (26 kDa); VirB9 (32 kDa); VirB10 ( 42 kDa); VirB11 (38 kDa)
(47,71). Kesebelas OPR dari lokus VirB ini mengkode protein yang
menunjukan perkiraan fitur-fitur (features) yang dibutuhkan untuk
membentuk sebuah alat ekspor yang terasosiasi pada membran, termasuk
hidrophobisitas, wilayah jangkauan membran (membran-spanning domain),
dan/atau susunan sinyal N-terminal yang menargetkan protein untuk keluar dari
sitoplasma. Studi lokalisasi subseluler mengkonfirmasi asosiasi membran dari
tujuh protein VirB (79, 3, 80). Namun, keseluruhan dari tujuh protein
ini disalurkan di antara membran dalam dan luar, dalam proporsi yang bervariasi
tergantung pada metode fraksinasinya. Dengan membandingkan susunannya, virB
menunjukan hubungan yang evolusioner dengan kumpulan gen bakteri
lain yang produk-produknya membentuk asosiasi membran kompleks yang terlibat
dalam fimbriae, sekresi protein, atau
pengambilan DNA (DNA uptake) (42).
Wilayah Tra2 dari RP4 juga mengkode 11 protein yang terlibat dalam tahapan
transfer DNA konjugasi, yang mungkin membentuk pilus atau prekursor pilus. Enam
dari protein Tra2 sangat mirip dengan protein VirB, terutama fitur-fitur
yang menunjukan lokalisasi membran (48).
Walaupun sebuah saluran ekspor spesifik
diperkiraan merupakan produk-produk VirB, namun belum diketahui sedikit
pun tentang detail penyusunan (assembly), struktur, atau fungsi dari
produk-produk tersebut. Hubungan antara produk-produk VirB dan ekspor
T-kompleks masih belum terpecahkan. Dalam transfer DNA yang bersifat
konjugatif, pilus berperan menghubungkan sel resipien. Namun, apakah
produk-produk VirB ini berperan dalam pengenalan permukaan sel tanaman
masih belum diketahui.
1.2.4 Integrasi T-strand ke Genom Tanaman
Integrasi T-strand ke dalam sebuah kromosom inang
merupakan tahapan akhir dalam proses transfer T-DNA (Gb.
7). Integrasi T-strand membutuhkan pengambilan inti (nuclear
uptake). Protein yang berukuran lebih
besar dari kira-kira 40 kDa membutuhkan NLS (nuclear localization signal)
yang memediasi pengambilan inti (34). T-kompleks memiliki 3 komponen yang dapat
menyumbang secara potensial sinyal untuk pengimporan inti (91). T-strand sendiri sepertinya tidak memiliki
sinyal untuk mengimpor inti, karena beberapa DNA yang berada di antara susunan
pembatas (border sequensces) akan ditransfer. Pemindahan inti dari
T-kompleks sepertinya dimediasi oleh protein asosiasinya, VirD2 dan VirE2.
Analisis susunan VirD2 mengungkapkan bahwa 85% N-terminal terlindungi dalam
strain Agrobacterium; C-terminal hanya 25% terlindungi, tetapi persamaan
yang sangat nyata terdapat pada 30 asam amino terakhir (90). Dalam wilayah ini,
ditemukan susunan yang homolog dengan NLS tipe bipartite (34). Fungsi lokalisasi inti dari susunan ini dikonfirmasi dengan
penyatuan wilayah pengkodean (coding region) dengan gen reporter β glukoridase (GUD) dan mengekspresikan sementara
konstruk ini dalam protoplasma tembakau (34). Lokalisasi inti dari protein fusi
diduga berasal dari akumulasi produk GUS biru pada inti sel. Ketika NLS yang
diduga dihapus dari untaian penuh VirD2 dan digabungkan dengan GUS, maka produk
GUS hanya ada dalam sitoplasma. Akumulasi inti dari ekspresi sementara VirD2
juga telah ditunjukkan dengan imunolokalisasi(78).
T-kompleks merupakan kompleks nukleoprotein yang
sangat besar. Di beberapa strain Agrobacterium, T-strand panjangnya
mencapai 20 kb (65). T-strand ini akan mengikat sampai sekitar 600 molekul
virE2 dan memiliki panjang terhitung 3600 nm, yaitu 60 kali ketebalan membran
inti. Termasuk sebuah VirD2, T-kompleks memiliki massa 50x106 D
(70). Apakah sebuah NLS bipartite yang tidak berpasangan dari VirD2 mampu
memediasi pengambilan inti pada T-kompleks yang sangat besar? Jika tambahan
NLSs diperlukan untuk pengambilan inti, NLSs dapat dipasok dari VirE2, komponen
protein yang paling berlimpah dari T-kompleks. Analisis susunan menunjukkan dua
NLSs bipartite yang potensial dalam VirE2 (12). Seperti halnya VirD2,
lokalisasi inti VirE2 diuji dengan menggabungkan wilayah pengkodeannya dengan
GUS. Walaupun mutan-mutan di mana salah satu NLSs atau yang lainnya dihapus
menunjukkan beberapa transpor inti, kedua NLSs dibutuhkan untuk akumulasi
maksimum dalam inti sel (12). Jadi, VirE2 menyediakan NLSs di sepanjang
T-kompleks. NLSs ganda pada VirE2 kemungkinan bermanfaat secara fungsional
untuk impor inti T-kompleks yang tak terputus/terganggu, seperti contohnya, untuk menjaga sisi
sitoplasma dan nukleoplasma secara simultan dari pori-pori inti terbuka.
Mekanika integrasi T-strand ke dalam genom tanaman
sebagian besar belum diketahui. Disarankan bahwa ikatan VirD2 dengan ujung 5’
pada T-strand bergabung dengan sayatan pada DNA tanaman. DNA tanaman akan lebih
terbuka untuk membentuk sebuah celah, dan ujung 3’ dari T-strand kemungkinan
berpasangan dengan wilayah lain dari DNA tanaman. Reaksi-reaksi ini akan
menghasilkan T-strand ke dalam satu strand dari DNA tanaman. Strain yang
terpilin kemudian akan menimbulkan sebuah sayatan pada strand yang berlawanan
dari DNA tanaman. Reparasi celah dan sintesis DNA menggunakan T-strand sebagai
cetakan, menghasilkan produk integrasi akhir. Namun, belum diketahui apapun
tentang enzimologi proses integrasinya. Tidak ada faktor-faktor tanaman yang
terlibat dalam proses ini. VirD2 dan VirE2 dianggap mengkatalisasi integrasi
T-strand kedalam genom tanaman; namun, tidak ada data yang mendukung hipotesis
ini.
2 komentar:
Posting Komentar