Rabu, 05 Juni 2013

Mengenal Lebih Dekat Shigella sp.




 Shigella sp adalah kuman pathogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller. Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat genetic yang saling berhubungan, tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigellla karena gejalaa kinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan shigella sonnei.

1.1 Morfologi
Ciri-ciri Khas Organisme

Shigella adalah kuman batang gram negatif ramping; bentuk kokobasil dan ditemukan pada biakan muda.
Biakan

Shigela bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobik. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggiran utuh yang mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
Sifat-sifat Pertumbuhan

Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak.
Variasi

Mutan-mutan dengan sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul dari strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K) dihubungkan dengan hilangnya daya invasi.

1.2 Klasifikasi
Kingdom : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesie s : S. boydii ; S. dysenteriae ; S. flexneri ; S. sonnei

Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
 Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
 Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
 Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
 Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).

1.3 Fisiologi
Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 370C kecuali S. sonnei dapat tumbuh pada suhu 450C. sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi adonitol tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri, negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP, manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada test motilitas.
Sifat koloni kuman adalah sebagai berikut : kecil, halus, tidak berwarna, bila ditanam pada media agar SS, EMB, Endo, Mac Conkey.

1.4 Daya Tahan
Shigella sp yang kurang tahaan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ % fenol selama 5 jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban yang cukup. Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 550C.
1.5 Struktur Antigen
Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya.
Antigen somatic O shigella adalah lipopolisakharida. Kekhususan serologinya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic. Spesies pathogen utama diperlihatkan pada table


Shigella dysentriae
Shigella flexneri
Shigella boydii
Shigella sonnei
Golongan dan Tipe
A (1-10)
B (1-6)
C (1-15)
D 1
Manitol
-
+
+
+
Ornitin Dekarboksilase
-
-
-
+
Jordan’s tertrate
variabel
-
-
+
Rabinosa dengan pengeraman yang diperpanjang
-
Variabel
-
variabel

1.6 Patogenesis dan Patologi
Infeksi Shigella hampir selalu terbatas pada saluran pencernaan sedangkan invasi ke aliran darah sangat jarang karena habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya. Shigella sangat menular dan membutuhkan dosis kurang dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses patologik yang penting adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Pseudomembran ini terdiri atas fibrin, leukosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik dan bakteri. Bila proses mulai membaik, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.

1.7 Toksin
 Endotoksin

Pada waktu terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi pada dinding usus.
 Eksotoksin (Shigella dysentriae)

S. Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan panas yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan sistem saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini dpat menimbulkan diare, sebagaimana halnya enterotoksin

1.8 Gambaran Klinik
Setelah masa inkubasi yan g pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyari perut, deman dan tinja encer. Tinja encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat; tinja kurang encer tetapi sering mengandung lendir dan darah.
Tiap gerakan usus disertai dengan ‘mengendan’ dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh S.dysenteriae dapat sangat berat.
Kebanyakan orang pada penyembuhan, mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibody terhadap shigella dalam darahnya, tetapi antibody ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

1.9 Tes Diagnosis Laboratorium
Bahan terdiri dari tinja segar, lendir, dan usapan rectum untuk pembiakan. Sejumlah besar lekosit dan darah fekal sering terlihat secara mikroskopis. Bahan serum, bila diinginkan harus diambil 10 hari jaraknya untuk menunjukkan kenaikkan titer antibody aglutinasi.
a) Biakan

Bahan dioleskan pada perbenihan selektif diferensiasi (misalnya, agar MacConkey atau agar eosin-metilen biru) dan pada agar tiosulfat-sitrat-empedu, yang menekan koliform dan organism gram-positif. Koloni-koloni yang tidak berwarna (laktosa negatif) diinokulasikan ke dalam perbenihan trigula besi). Organisme yang menghasilkan asam pada bagian agar yang miring (slant) dan asam dan gas pada ujung (butt) harus dibuang; kuman-kuman ini adalah koliform atau kuman para kolon. Proteus dapat dikesampingkan karena pembentukkan warna merah yang cepat pada perbenihan urea Christensen. Organism yang tidak membentuk H2S, yang menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas pada ujung (butt) dan bagian miring (slant) yang basa, dapat tidak bergerak harus diperiksa secara aglutinasi mikroskopis dengan antiserum spesifik Shigella.


b) Serologi

Orang normal sering mempunyai agglutinin terhadap beberapa spesies Shigella. Akan tetepi, serangkaian penetapan antibody dapat menunjukkan kenaikan antibody spesifik. Tes hemaglutinasi hambatan memberi harapan.

1.10 Pengobatan dan Pencegahan
Penggunaan antibiotika mengurangi beratnya penyakit maupun angka kematian, walaupun angka kematian, walaupun banyak penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke dokter karena penyakit ini dapat sembuh spontan.
Antibiotika ampisilin, tertasiklin dan trimethoprim-sulfametoksasol banyak digunakan dalam pengobatan disentri basiler, tetapi dengan semakin banyaknya ditemukan strain kuman yang resisten terhadap bermacam-macam antibiotika maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika sebelum memulai pengobatan.
Pada pencegahan penyakit disentri basiler kebersihan lingkungan, pencarian dan pengobatan carrier serta khlorinasi air minum memegang peranan penting. Carrier tidak diperbolehkan bekerja sebagai food handler.

1.11 Epidemiologi
Disentri basiler adalah penyakit yang endemis di Indonesia, hal ini antara lain disebabkan sanitasi lingkungan yang belum memadai. Penyebaran kuman Shigella adalah dari manusia ke manusia yang lain, dimana carrier merupakan reservoir kuman. Dari carrier ini, Shigella disebabkan oleh lalat, juga melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.
Juga harus diperhatikan kebersihan air minum, untuk hal ini perlu dilakukan pengawasan dan khlorinasi sumber air minum.

Tidak ada komentar: