Shigella sp adalah kuman pathogen usus
yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiller.
Berada dalam tribe Escherichiae karena sifat genetic yang saling berhubungan,
tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri yaitu genus shigellla karena gejalaa
kinik yang disebabkannya bersifat khas. Sampai saat ini terdapat 4 spesies
Shigella yaitu: Shigella dysenteriae, shigella flexneri, shigella boydii, dan
shigella sonnei.
1.1 Morfologi
Ciri-ciri
Khas Organisme
Shigella
adalah kuman batang gram negatif ramping; bentuk kokobasil dan ditemukan pada
biakan muda.
Biakan
Shigela
bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobik. Koloninya
konveks, bulat, transparan dengan pinggiran utuh yang mencapai diameter
kira-kira 2 mm dalam 24 jam.
Sifat-sifat
Pertumbuhan
Semua
Shigella meragikan glukosa. Bakteri ini tidak meragi laktosa, kecuali Shigella
sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri
Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari
karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dapat dibagi
menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak.
Variasi
Mutan-mutan
dengan sifat-sifat biokimia, antigen dan pathogen yang berbeda sering timbul
dari strain induk. Variasi dari bentuk koloni halus (H) menjadi kasar (K)
dihubungkan dengan hilangnya daya invasi.
1.2
Klasifikasi
Kingdom :
Bakteria
Filum :
Proteobakteria
Kelas :
Gamma Proteobakteria
Ordo :
Enterobakteriales
Famili :
Enterobakteriaceae
Genus :
Shigella
Spesie s : S.
boydii ; S. dysenteriae ; S. flexneri ; S. sonnei
Spesies
shigella diklasifikasi menjadi empat serogroup:
Serogroup
A: S. dysenteriae (12 serotypes)
Serogroup
B: S. flexneri (6 serotypes)
Serogroup
C: S. boydii (23 serotypes)
Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).
1.3
Fisiologi
Sifat
pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, pH perrtumbuhan 6,4 – 7,8 suhu
pertumbuhan optimum 370C kecuali S. sonnei dapat tumbuh pada suhu 450C.
sifat biokimia yang khas adalah negative pada reaksi adonitol tidak membentuk
gas pada fermentasi glukosa, tidak membentuk H2S kecuali S.flexneri,
negative terhadap sitrat, DNase, lisin, fenilalanin, sukrosa, urease, VP,
manitol, laktosa secara lambat, manitol, xylosa dan negative pada test
motilitas.
Sifat koloni
kuman adalah sebagai berikut : kecil, halus, tidak berwarna, bila ditanam pada
media agar SS, EMB, Endo, Mac Conkey.
1.4
Daya Tahan
Shigella sp yang kurang
tahaan terhadap agen fisik dan kimia dibandingkan Salmonella. Tahan dalam ½ %
fenol selama 5 jam dan dalam 1% fenol dalam ½ jam. Tahan dalam es selama 2
bulan. Dalam laut selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan
kelembaban yang cukup. Garam empedu konsentrasi yang tinggi mengambat
pertumbuhan strain tertentu. Kuman akan mati pada suhu 550C.
1.5 Struktur
Antigen
Shigella
mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam
sifat serologi pelbagai spesies, dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen
O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya.
Antigen somatic O shigella adalah
lipopolisakharida. Kekhususan serologinya tergantung pada polisakarida.
Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi shigella didasarkan pada
sifat-sifat biokimia dan antigenic. Spesies pathogen utama diperlihatkan pada
table
|
Shigella dysentriae
|
Shigella flexneri
|
Shigella boydii
|
Shigella sonnei
|
Golongan dan Tipe
|
A (1-10)
|
B (1-6)
|
C (1-15)
|
D 1
|
Manitol
|
-
|
+
|
+
|
+
|
Ornitin Dekarboksilase
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Jordan’s tertrate
|
variabel
|
-
|
-
|
+
|
Rabinosa dengan pengeraman yang
diperpanjang
|
-
|
Variabel
|
-
|
variabel
|
1.6 Patogenesis dan Patologi
Infeksi Shigella hampir
selalu terbatas pada saluran pencernaan sedangkan invasi ke aliran darah sangat
jarang karena habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran pencernaan manusia
dan primata lainnya. Shigella sangat menular dan membutuhkan dosis kurang
dari 103 organisme untuk menimbulkan infeksi. Proses patologik yang penting
adalah invasi epitel mukosa, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum
terminal yang menyebabkan nekrosis selaput mukosa, ulserasi superfisial,
perdarahan dan pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Pseudomembran ini
terdiri atas fibrin, leukosit, sisa sel, selaput mukosa yang nekrotik dan
bakteri. Bila proses mulai membaik, jaringan granulasi mengisi ulkus dan
terbentuk jaringan parut.
1.7 Toksin
Endotoksin
Pada waktu
terjadi autolisis, semua Shigella mengeluarkan lipopolisakaridanya yang toksik.
Endotoksin ini mungkin menambah iritasi pada dinding usus.
Eksotoksin
(Shigella dysentriae)
S.
Dysentriae tipe 1 (basil Shiga) memproduksi eksotoksin tidak tahan panas
yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan sistem saraf pusat. Eksotoksin
merupakan protein yang bersifat antigenik (merangsang produksi antitoksin) dan
mematikan hewan percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini dpat menimbulkan
diare, sebagaimana halnya enterotoksin
1.8 Gambaran
Klinik
Setelah masa
inkubasi yan g pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyari perut, deman dan
tinja encer. Tinja encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam
usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum
dan kolon, maka jumlah tinja meningkat; tinja kurang encer tetapi sering
mengandung lendir dan darah.
Tiap gerakan
usus disertai dengan ‘mengendan’ dan tenesmus (spasmus rektum), yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan
dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan
orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis,
dan bahkan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh S.dysenteriae dapat
sangat berat.
Kebanyakan
orang pada penyembuhan, mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat,
tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat
mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan
orang membentuk antibody terhadap shigella dalam darahnya, tetapi antibody ini
tidak melindungi terhadap reinfeksi.
1.9 Tes
Diagnosis Laboratorium
Bahan
terdiri dari tinja segar, lendir, dan usapan rectum untuk pembiakan. Sejumlah
besar lekosit dan darah fekal sering terlihat secara mikroskopis. Bahan serum,
bila diinginkan harus diambil 10 hari jaraknya untuk menunjukkan kenaikkan
titer antibody aglutinasi.
a) Biakan
Bahan
dioleskan pada perbenihan selektif diferensiasi (misalnya, agar MacConkey atau
agar eosin-metilen biru) dan pada agar tiosulfat-sitrat-empedu, yang menekan
koliform dan organism gram-positif. Koloni-koloni yang tidak berwarna (laktosa
negatif) diinokulasikan ke dalam perbenihan trigula besi). Organisme yang
menghasilkan asam pada bagian agar yang miring (slant) dan asam dan gas pada
ujung (butt) harus dibuang; kuman-kuman ini adalah koliform atau kuman para
kolon. Proteus dapat dikesampingkan karena pembentukkan warna merah yang cepat
pada perbenihan urea Christensen. Organism yang tidak membentuk H2S, yang
menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas pada ujung (butt) dan bagian
miring (slant) yang basa, dapat tidak bergerak harus diperiksa secara
aglutinasi mikroskopis dengan antiserum spesifik Shigella.
b) Serologi
Orang normal
sering mempunyai agglutinin terhadap beberapa spesies Shigella. Akan tetepi,
serangkaian penetapan antibody dapat menunjukkan kenaikan antibody spesifik.
Tes hemaglutinasi hambatan memberi harapan.
1.10
Pengobatan dan Pencegahan
Penggunaan
antibiotika mengurangi beratnya penyakit maupun angka kematian, walaupun angka
kematian, walaupun banyak penderita yang tidak merasa perlu untuk pergi ke
dokter karena penyakit ini dapat sembuh spontan.
Antibiotika
ampisilin, tertasiklin dan trimethoprim-sulfametoksasol banyak digunakan dalam
pengobatan disentri basiler, tetapi dengan semakin banyaknya ditemukan strain
kuman yang resisten terhadap bermacam-macam antibiotika maka sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu tes kepekaan kuman terhadap antibiotika sebelum
memulai pengobatan.
Pada
pencegahan penyakit disentri basiler kebersihan lingkungan, pencarian dan
pengobatan carrier serta khlorinasi air minum memegang peranan penting. Carrier
tidak diperbolehkan bekerja sebagai food handler.
1.11
Epidemiologi
Disentri
basiler adalah penyakit yang endemis di Indonesia, hal ini antara lain
disebabkan sanitasi lingkungan yang belum memadai. Penyebaran kuman Shigella
adalah dari manusia ke manusia yang lain, dimana carrier merupakan
reservoir kuman. Dari carrier ini, Shigella disebabkan oleh lalat, juga
melalui tangan yang kotor, makanan yang terkontaminasi, tinja serta
barang-barang lain yang terkontaminasi ke orang lain yang sehat.
Juga
harus diperhatikan kebersihan air minum, untuk hal ini perlu dilakukan
pengawasan dan khlorinasi sumber air minum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar