Rabu, 20 Juni 2012

Virus Rabies (Rhabdovirus)


Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang. Rabies merupakan infeksi akut dari susunan saraf pusat yang berakibat fatal. Virus ditularkan ke manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies. Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies antara lain anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
2.1 Klasifikasi
            Order : Mononegavirales
Famili : Rhabdoviridae
Genom : Lyssavirus
Spesies : Rhabdovirus (Virus Rabies)
Sumber: www.mikrobia.files.wordpress.com/2008
2.2 Sifat Virus
            Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia.
a.       Sifat fisik
o   Pemanasan pada suhu 60°C selama 5 menit akan mematikan virus
o   Virus akan mati bila kena sinar ultraviolet
o   Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup
o   Pada suhu -4°C virus dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan.
b.       Sifat Kimia :
o   Dapat diinaktifkan dengan β-propiolakton, phenol, halidol azirin, zat pelarut lemak, dll
o   Tahan hidup beberapa minggu di dalam glycerin pada suhu kamar
o   Virus rabies bila disimpan di dalam larutan glycerin pekat pada suhu kamar, dapat bertahan berminggu-minggu.
o   Pada glycerin 10% virus akan cepat mati
o   Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent, chloroform, ether dll.

2.3 Tipe Virus Rabies
            Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe, yaitu :
§  Tipe 1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe
§  Tipe 2 : Strain lagos sebagai prototipe
§  Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototype
§  Tipe 4 : Strain Duvenhage
§  Tipe 5 : European bat lyssavirus
§  Tipe 6 : Australian bat lyssavirus
2.4 Siklus Hidup
            Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Genom RNA untai tunggal direkam oleh polimerase RNA terkait, virion menjadi lima spesies mRNA. mRNAs monosistronik ini menyandi untuk lima protein virion. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan. RNA genomik berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan nukleoprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapatkan selubung melalui pertunasan yang melewati selaput plasma. Protein matriks virus membentuk lapisan pada sisi dalam selubung, sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatukan diri kembali dan membentuk virus yang baru. Setelah itu virus keluar dari sel inang dan menginfeksi sel inang yang lainnya.Keseluruhan proses dalam siklus hidup virus rabies ini terjadi dalam sitoplasma.
Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokulasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat. Virus membelah diri disini dan kemudian menyebar melalui saraf tepi ke kelenjar ludah dan jaringan lain. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasinya bergantung pada latar belakang genetik inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inang, jumlah inokulum, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan saraf pusat. Terdapat angka serangan yang lebih tinggi dan masa inkubasi yang lebih pendek pada orang yang digigit pada wajah atau kepala.
            Virus rabies menghasilkan inklusi sitoplasma eosinofilik spesifik, badan Negri, dalam sel saraf yang terinfeksi. Adanya inklusi seperti ini bersifat patognomonik rabies tetapi tidak terlihat pada sedikitnya 20% kasus. Karena itu, tidak adanya badan Negri tidak menyingkirkan diagnosis rabies. Virus rabies memperbanyak diri diluar susunan saraf pusat dan dapat menimbulkan infiltrat dan nekrosis seluler dalam kelenjar lain, dalam kornea, dan di tempat lain.
2.5 Patogenesis
            Modus yang paling umum penularan pada manusia adalah dengan gigitan hewan rabies atau kontaminasi luka awal oleh virus terinfeksi air liur. Namun, rute lainnya telah terlibat di masa lalu, seperti melalui selaput lendir mulut, konjungtiva, anus dan alat kelamin. Infeksi oleh transmisi aerosol telah ditunjukkan pada hewan percobaan dan telah terlibat dalam infeksi pada manusia di gua-gua yang terinfeksi rabies kelelawar dan dalam kecelakaan beberapa laboratorium. Manusia untuk transmisi manusia oleh transplantasi kornea terinfeksi dilaporkan dalam 5 kasus. Rabies adalah infeksi akut dari sistem syaraf pusat yang hampir selalu berakibat fatal. Virus ini mirip dengan VSV ternak. Setelah inokulasi, virus bereplikasi pada jaringan lurik atau ikat pada tempat inokulasi dan memasuki saraf perifer melalui sambungan neuromuskuler. Hal ini kemudian menyebar ke sistem syaraf pusat di endoneurium sel Schwann. Mematikan, ada tersebar luas sistem syaraf pusat keterlibatannya, namun beberapa neuron yang terinfeksi virus menunjukkan kelainan struktural. Sifat gangguan mendalam masih belum dipahami

2.6 Gejala Rabies
2.6.1 Pada Hewan
            Gejala dan tanda rabies pada hewan ada 2 (dua) tipe yaitu :
a.       Tipe ganas terdiri dari stadium prodromal, eksitasi dan paralise
1.                     Stadium prodromal (2-3 hari), gejala : malaise, tidak mau makan, agak <>, demam sub fibris, reflek kornea menurun. Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata melebar dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa.
2.                     Stadium eksitasi (3-7 hari), gejala : reaktif dengan menyerang dan menggigit benda bergerak, pica (memakan berbagai benda termasuk tinjanya sendiri), lupa pulang, strabismus, ejakulasi spontan. Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3.                     Stadium paralis, gejala : ekor jatuh, mandibula jatuh, lidah keluar, saliva (ludah) berhamburan, kaki belakang terseret. Pada stadium ini sangat singkat dan biasanya diikuti dengan kematian hewan tersebut.

b.      Tipe Jinak (dumb), umumnya stadium ini muncul setelah stadium paralisis, anjing ini terlihat diam, berpenampilan tenang namun akan ganas kalau didekati. Gejala dan tanda penderita rabies pada manusia yaitu demam, mual, rasa nyeri di tenggorokan, keresahan, takut air (hydrophobia), takut cahaya, liur yang berlebihan (hipersaliva).

2.6.2 Pada Manusia
·         Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut).
·         Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara.
·         Air liur dan air mata keluar berlebihan.
·         Pupil mata membesar.
·         Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.
·         Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia
2.7 Diagnosis Rabies
            Diagnosis rabies pada manusia dan hewan dapat dibuat dengan 4 metode: (1) histopatologi (2) Kultur virus (3) Serologi (4) deteksi virus antigen. Meskipun masing-masing dari 3 metode pertama memiliki keunggulan yang berbeda, tidak memberikan diagnosis definitif yang cepat.
  1. Histopatologi - Negri bodies merupakan ciri khas virus rabies. Namun,  Negri bodies hanya hadir dalam 71% kasus.
  2. Kultur virus - Cara yang paling definitif diagnosis adalah dengan budidaya virus dari jaringan yang terinfeksi. Kultur jaringan , seperti WI-38, BHK-21, atau CER. Sejak virus rabies menginduksi CPE minimal, jika secara rutin digunakan untuk mendeteksi keberadaan Ag virus rabies dalam kultur jaringan. Metode yang lebih umum digunakan untuk isolasi virus adalah dengan inokulasi air liur, jaringan kelenjar ludah dan jaringan otak intracerebrally ke tikus bayi. Tikus harus mengalami kelumpuhan dan kematian dalam waktu 28 hari. Setelah kematian, otak diperiksa untuk keberadaan  virus dengan imunofluoresensi.
  3. Serologi - antibodi beredar  dan muncul perlahan dalam perjalanan infeksi tetapi mereka biasanya hadir pada saat timbulnya gejala klinis. Tes serologi yang paling sering digunakan adalah uji netralisasi infeksi tikus (MNT) atau  rapid fluorescent focus inhibition test  (RFFIT).  Serologi telah dilaporkan menjadi metode yang paling berguna untuk diagnosis rabies.
  4. Rapid Virus Antigen Detection - dalam beberapa tahun terakhir, deteksi virus antigen banyak digunakan. Jaringan yang berpotensi terinfeksi diinkubasi dengan antibodi berlabel fluorescein. Sel-sel diperiksa dengan mikroskop fluoresen untuk melihat inklusi  flourescent intrasitoplasma . 
  5.  2.8 Vaksin Rabies.
1.      Vaksin sel diploid manusia (HDCV)
Untuk mendapatkan suspensi virus rabies bebas dari protein asing dan susunan saraf pusat, virus rabies diadaptasi untuk tumbuh dalam jalur sel fibroblas normal manusia WI-38. Sediaan virus rabies dipekatkan melalui ultrafiltrasi dan diinaktivasi dengan β-propiolakton. Bahan ini cukup antigenik sehingga hanya perlu diberikan lima dosis HDCV untuk mendapatkan respons antibodi substansial pada sebagian besar resipien. Reaksi lokal (eritema, gatal, bengkak pada tempat suntikan) terjadi pada 30-70% resipien, dan reaksi sistemik ringan (sakit kepala, mual, mialgia, pusing) terjadi pada sekitar seperlima resipien. Tidak dilaporkan adanya reaksi anafilaktik, neuroparalitik, atau ensefalitik yang serius. Vaksin ini telah digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1980.
Berdasarkan atas jaringan asalnya, HDCV terdiri atas:
a. Nerve tissue vaccine (NTV)
NTV adalah vaksin yang terbuat dari jaringan saraf melalui vaksin yang berasal dari otah hewan dewasa seperti kelinci, kambing, domba, kera dan tikus; dan vaksin yang berasal dari otak bayi mencit.
b. Non-nerve tissue vaccine
Merupakan vaksin yang terbuat dari jaringan bukan saraf, yang meliputi vaksin yang berasal dari telur itik bertunas serta Tissue Culture Vaccine (TCV) yang merpakan vaksin yang terbuat dari biakan jaringan.
Tissue Culture Vaccine (TCV)
Cara ini mulai ditemukan pertama kali oleh Kissling dkk. pada tahun 1963 dengan menanam virus rabies strain CVS 11 pada biakan jaringan ginjal hamster, kemudian sekitar tahun 1964 Wiktor, Fernandes dan Koprowski mulai mencoba menanam virus rabies dari barbagai suku virus fike seperti CVS, Flury HEP, Pyttman Moore dan lain-lain pada kultur dari human diploid cell tipe WI-38. Pada garis besarnya TCV ini bila ditinjau dari kegunaannya terdiri atas:
1. Untuk pencegahan sebelum digigit anjing (pre-exposure)
a.       Vaksinisasi pencegahan terhadap kemungkinan rabies, diberikan pada mereka yang karena tugasnya berhubungan dengan hewan ternak atau hewan percobaan, misalnya dokter hewan, ahli bologi, petugas karantina, petugas pada kandang hewan percobaan, petugas rumah gotong dan lain-lain,  terutama pada daerah endemis rabies.
b.      Pada anak-anak dapat juga diberikan vaksinasi pencegahan oleh karena resiko tertular virus rabies secara statistik besar sekali.
2. Untuk pengobatan setelah digigit (post-exposure)
Gunakanlah rekomendasi WHO jika ada kemungkinan ditulari dengan virus rabies.
Cara pemakaian:
Dengan menggunakan jarum besar, vaksin beku-kering yang tersedia dilarutkan dalam botolnya dengan 1 ml pelarut khusus yang ada di dalam disposible syringe yang tersedia dalam kemasan. Kocok perlahan-lahan kemudian isap kembali seluruhnya (dosis untuk orang dewasa). Kemudian vaksin rabies tersebut disuntikan secara subkutan atau secara intra-muskuler dengan menggunakan jarum kecil. Vaksin beku-kering ini berwarna putih kelabu tapi setelah dilarutkan berwarna merah jambu.
2.      Vaksin Rabies Absorpsi (RVA)
Vaksin yang dibuat dalam jalur sel diploid yang berasal dari sel paru janin monyet resus telah diijinkan di Amerika Serikat pada tahun 1988. Vaksin virus diinaktivasi dengan β-propiolakton dan dipekatkan melalui adsorpsi terhadap fosfat alumunium. Vaksin HDCV dan RVA cukup manjur dan aman.
3.      Vaksin Jaringan Saraf
Vaksin ini dibuat dari otak domba, kambing, atau tikus yang terinfeksi dan digunakan di banyak bagian dunia termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Vaksin ini menyebabkan sensitisasi terhadap jaringan saraf dan menyebabkan ensefalitis pascavaksinisasi (suatu penyakit alergik) dengan frekuensi yang tinggi (0,05%). Vaksin ini tidak digunakan di AS selama beberapa dasawarsa. Perkiraan keberhasilannya pada orang yang digigit oleh hewan rabies bervariasi dari 5% hingga 50%.
4.      Vaksin Embrio Bebek
Vaksin ini dikembangkan untuk mengurangi masalah ensefalitis pascavaksinasi. Virus rabies ditumbuhkan dalam telur bebek terembrionasi, tetapi kepala diangkat sebelum vaksin disiapkan, dengan tujuan untuk mengeluarkan jaringan saraf dan menghindari ensefalitis alergi. Secara teratur vaksin ini menimbulkan reaksi setempat dan reaksi sistemik (demam, malaise, mialgia) pada sepertiga resipien. Reaksi neuroparalitik (<0,001%) dan anafilaktik (<1%), jarang terjadi, tetapi antigenitas vaksin rendah. Karena itu harus diberikan banyak dosis (16-25) untuk menimbulkan respon antibodi pascapemaparan yang memuaskan. Vaksin ini digunakan di AS di masa lalu tetapi sekarang tidak lagi digunakan.
5.      Virus hidup dilemahkan
Virus hidup dilemahkan yang diadaptasi untuk tumbuh dalam embrio ayam (contohnya, strain Flury) digunakan untuk hewan tetapi tidak untuk manusia. Kadang-kadang, vaksin seperti ini dapat menyebabkan kematian akibat rabies pada kucing atau anjing yang disuntikan. Virus rabies yang ditumbuhkan pada berbagai biakan sel hewan juga telah digunakan sebagai vaksin untuk hewan peliharaan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

The emergence of modern mobile phone in the iTunes store.

While analog empire four kingdoms hack NTSC may
have. In todays date, we can download it levels the playing field for large and small level
businesses are trying to give their best each
time. The level gets harder when you do
that, almost each individual is running through a short registration process.
She had written many articles about hair care, knitting, and
Java.

Also visit my weblog; empire four kingdoms cheats